Selasa, 21 April 2020

Secuil Sejarah Yang Terabaikan

K A R T O N O


Banyak yang sudah mengenal KARTINI. Hari lahir Kartini pada tanggal 21 April selalu diperingati  setiap tahun. Hari Kartini diperingati karena andilnya yang begitu besar dalam perkembangan emansipasi wanita.  Namun lepas dari pemikiran cerdasnya dan buku Habis Gelap Terbitlah terang yang berisi surat kegalauan Kartini akan perempuan Indonesia, ada sosok yang selalu terlupakan disetiap peringatan hari Kartini.

Kartono nama lengkapnya adalah RM Panji Sosrokartono yang Lahir tahun 1877. Kakak kandung RA. Kartini. Tahun 1898 Kartono seorang 'pribumi' pertama yang kuliah di luar Hindia-Belanda, Karena kecerdasan-nya beliau menjadi  kesayangan para dosennya. Beliau bisa menguasai 27 bahasa asing dan 10 bahasa nusantara.

Pangeran ganteng ini pinter bergaul, anak orang kaya, terkenal dan merakyat. Banyak perempuan Eropa nyebutnya "De Mooie Sos." (artinya Sos yang ngganteng). Bule Belanda dan Amerika  menyebut beliau dengan hormat  'De Javanese Prins' (Pangeran Jawa) akan tetapi  sesama pribumi memanggilnya Kartono saja. 

Tahun 1917  beliau menjadi wartawan Perang Dunia I. koran Amerika yakni 'The New York Herald' cabang Eropa. Beliau memadatkan artikel bahasa Perancis sejumlah 30 kata dalam 4 bahasa (yakni Inggris, Spanyol, Rusia, Perancis). Sebagai wartawan perang, beliau diberi pangkat Mayor oleh Sekutu,  tapi menolak membawa senjata. 
kata beliau "Saya tidak menyerang orang,  oleh karena itu saya pun tidak akan diserang. Jadi apa perlunya membawa senjata ?"

Beliau 'Ahli Diplomasi' yang hebat. Beliau sempatkan gemparkan Eropa - America dengan artikelnya tentang perundingan Jerman dan Perancis yang rahasia serta sangat tertutup, yang diselenggarakan di dalam salah satu gerbong kereta api yang berhenti di tengah hutan, bahkan mendapat penjagaan yang super ketat dari semua wartawan yang sedang mencari informasi dan berita. Ternyata, koran 'New York Herald'  telah memuat hasil perundingan tersebut.

Tahun 1919, beliau jadi penterjemah tunggal  di Liga Bangsa Bangsa yang pada 1921 diubah menjadi PBB. Beliau ketua penterjemah untuk segala bahasa mengalahkan  para poliglot Eropa-Amerika.

Tahun 1925, Pangeran  Sos. pulang ke tanah air. Ki Hajar Dewantara mengangkatnya sebagai  kepala sekolah menengah di Bandung. Rakyat berjejal temui si pintar ini, untuk minta air dan doa. Dan  anehnya banyak yang sembuh, maka antrian pun makin panjang termasuk bule-bule Eropa dan akhirnya beliau dirikan 'Klinik Darussalam'. Beliau pernah sembuhkan seorang anak Eropa hanya dengan sentuhan-sentuhan  dihadapan para dokter yang sudah angkat tangan untuk berusaha menyembuhkan penyakit si anak tersebut.

Beliau juga pernah memotret kawah gunung dari udara. hebatnya tanpa pesawat.  Soekarno muda sering berdiskusi dengannya. Sementara Bung Hatta sebut beliau orang jenius.

Di rumahnya berkibar bendera merah putih dan anehnya Belanda, Jepang, dan sekutu seolah tak peduli.  Tahun 1951, beliau wafat di Bandung  dan dikebumikan di makam Sido Mukti, Desa Kaliputu, Kudus, Jawa Tengah di samping makam kedua orang tuanya Nyai Ngasirah dan RMA SosroningratBeliau meninggal dalam kondisi tidak mempunyai  apa-apa,  rumah pun beliau hanya menyewa  padahal sebagai putera bangsawan dan  cendekiawan ia bisa hidup mewah. Orang-orang tidak temukan pusaka dan jimat ataupun sejenisnya di rumahnya. hartanya hanya selembar kain bersulam huruf  ALIF 

Pada batu nisan makamnya tertulis :

         *SUGIH TANPO BONDHO.*
         *DIGDAYA TANPO AJI-AJI*

Makam RM Panji Sosrokartono

Jika Kartini dianggap sebagai Pahlawan Nasional karena pemikirannya, tak berlebihan kalau Kartono disebut sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.  Sama-sama cerdasnya sebagai Kartini, Kartono menamatkan studinya di Leiden University, Belanda. (Wient)

Jumat, 04 Maret 2016

Jejak Peninggalan Kolonialisme

Jejak Peninggalan Kolonial Dalam Gaya Arsitektur Bangunan
Di Lasem

Ternyata Lasem juga mempunyai peninggalan bangunan-bangunan kuno yang merupakan peninggalan pada masa kolonialisme.  Hal ini sangat menarik, apabila kita memasuki wilayah Lasem, disepanjang jalan utama masih akan tampak kita lihat bangunan-bangunan dengan arsitektur kolonial.  

Adipati Tejokusumo I

Pangeran Tejokusumo I atau yang sering dikenal dengan Mbah Srimpet adalah adipati Lasem yang membangun masjid Lasem untuk menyebarkan agama Islam bersama Syeh Maulana Sam Bwa Smarakandhi,

Syeh Maulana Sam Bwa

Syeh Maulana Sam Bwa Smarakandhi atau yang sering di sebut sebagai Mbah Sambhu adalah salah satu tokoh spiritual penyebaran agama islam di Lasem pada masa Pemerintahan Pangeran Tejokusumo I.

Kamis, 03 Maret 2016

Pangeran Wironegoro

Pangeran Wironegoro Yang lebih dikenal dengan nama Mbah Brayut adalah putra dari Pangeran Wirabraja yang menggantikan ayahnya sebagai Adipati.  Sejak kecil Pangeran Wironegoro senang mengaji ajaran agama Islam di Ngampelgading, sampai akhirnya diambil putra mantu oleh Sunan Ampel untuk dinikahkan dengan putrinya yang bernama Malokhah.

Rabu, 02 Maret 2016

Situs Sunan Bonang I

Desa Bonang Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Jawa Tengah tidak lepas dari sejarah perkembangan Agama Islam Khususnya di Lasem dan sangat kendal dengan salah satu tokoh Wali Songo yaitu Sunan Bonang.

Selasa, 01 Maret 2016

Putri Cempo

Makam Putri Cempo atau Bi Nang Ti adalah putri keturunan bangsawan Campa yang menikah dengan Adipati Lasem.